Pertama kali masuk SMA, pikiranku telah tertuju ke jurusan
IPA. Ya, karena pengen aja kali ya. Tapi, paling gak suka sama Biologi nih.
Kenapa yah? Yang pasti karena tulisannya yang super banyak dan bikin pusing itu.
Uuuuhhh. Fisika masih mending sih, walaupun sangat membingungkan ketika harus
memahami soal. Begitu pula Matematika dan Kimia sama pusing juga sih. Hehe.
Kelas X, semua pelajaran masih relative di otakku. Belum ada
yang bisa mengena di hati. Ya, mungkin masih awal. Mulai tersadar bahwa
pelajaran itu penting dan harus benar-benar belajar ya pas waktu kelas XI.
Walaupun waktu bermainnnya tambah banyak. Nah, waktu kelas XI ini, aku
menemukan cinta pertamaku yaitu Kimia. Hahaha. Awalnya aku mencintai dia gara-gara
mau ikutan olimpiade. Otomatis dong, aku harus ketemu dia setiap hari bahkan
setiap waktu dalam kesempatan apapun. Hingga akhirnya, dia mengajakku hanya
sampai di Kabupaten aja. *Dan kalian tau kawan, orang yang bisa menemaninya ke
Provinsi itu ternyata menjadi temanku di BP3 (Beasiswa Perintis 3) SALMAN ITB.*
Itu cukup buatku untuk mengenal dirinya bahwa dia akan menjadi pendampingku
kelak dan bermanfaat bagi masyarakat. Sampai aku ingin bersama dirinya
mengabdikan untuk masyarakat melalui LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Ya, tempat itu akan menjadi tempat yang indah untuk kita bersama.
Pada suatu ketika aku dan dia harus dihadapi suatu ujian.
Dalam setiap ujian kita masih bisa bersama dan pada saat itu juga ada saja yang
menghalangi. Mencoba dan terus mencoba mempertahankannya. Namun, terus menerus
kita mengalami nasib seperti itu.
Hingga, akupun merasa lelah untuk menghadapi ujian ini.
Seketika itupun, muncullah Fisika dengan pesona yang begitu
menawan membuka kesempatan bagi siapapun utuk menjadi pendampingnya. Hingga
akupun, tertarik akan tawarannya. Akupun mencoba mendekatinya. Walaupun aku
tau, dia bukanlah tipe idamanku. Tak apalah, mencoba kesempatan untuk meraih
masa depan kan gak apa-apa ya?
Seleksi demi seleksi, aku ikuti. Rasa pasrahpun,
menghampiri. Namun, apa yang terjadi. Kalian mau tau? Fisika memilihku untuk
menjadi pendampingnya. Padahal aku telah berputus asa tak akan mendapatkan
pendamping untuk sekarang ini, dan berharap suatu saat nanti aku akan
mendapatkannya. Namun, yang Maha Perencana berkata lain. Alloh menginginkan
agar aku tetap mempunyai pendamping. Walaupun tak yang diharapkan olehku.
Allohlah yang maha tau akan segala sesuatu.
*Baik menurut kita, belum tentu baik menurut Alloh*
So, tetaplah mendekatkan diri kepada Alloh, agar Alloh
selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-hambaNya yang selalu mendekat.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
Semoga bermanfaat.