Basmallah

Jangan lupa dalam melakukan sesuatu diawali dengan bismillah.

Tunaikan selagi mampu

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"

Senin, 06 Mei 2013

CERITAKU>>>Meningkatkan Kebersamaan Anak Combolay

Setelah pembagian rapor hasil belajar , aku bersama teman-teman Combolay ( Community Bocah Alay) yang sebelumnya sudah berencana ingin liburan bersama tepatnya di Guci, Tegal. Namun, ternyata tak semudah yang kami bayangkan. Banyak halangan untuk berlibur, apalagi kebanyakan teman-temanku pada di Podok Pesantren dan termasuk aku sendiri. Buat izin ke Kyai atau Nyai harus berdebat cukup lama dan harus membuat alasan yang logis. Walaupun kami sudah mendapatkan izin, tetap saja di antara kami ada yang tidak bisa ikut ya dikarenakan tidak boleh sama orang tua dan ada juga karena dia sakit. Tapi tidak apalah.Proses penyatuan kebersamaanpun di mulai. Dari perjalanan yang penuh kegembiraan  dengan diiringi alunan gitar dan nyanyian serta angin yang berhembus kencang karena kami memakai kendaraan yang full AC(truk). Sampai di Guci sore hari. Pemandangannya indah sekali, betapa Allah menciptakan alam ini dengan kekayaan-Nya yang masih terjaga. Kami merasakan kesejukan dan benar-benar berbeda dengan suasana Cirebon yang kadang panas dan dingin. Di sana kami menginap di sebuah villa.
Ketika malam hari dan itu tepatnya malam Jum’at Kliwon, kami mengadakan api unggun di lapangan dekat villa sambil membakar jagung. Di sela-sela kebersamaan itu, aku merasakan badanku merinding dan bau yang aneh. Temanku Yuli sempat nanya ke aku, tapi aku jawab tidak ada sesuatu yang aneh. Dan tanpa disadari oleh kami semua, ada seseorang yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik kami dari seberang jalan dengan menggunakan sepeda motor. Keadaan ini membuat kami resah dan merasa bersalah. Akhirnya kami membubarkan diri dan pulang ke villa.
Sampai di villa, aku menceritakan hal yang aku rasakan tadi dan tidak hanya aku juga ternyata Jeanne melihat sebuah bayangan yang melintas. Ketika kami sedang berdiskusi, suasana malam semakin ramai. Salah satu temanku sedang iseng-iseng browsing tentang Guci. Dia menemukan bahwa setiap malam Jum’at, Guci sangat ramai karena sebagian orang masih percaya tentang ngalap berkah dengan mandi di Pemandian air panas. Tiba-tiba temanku ada yang menangis ingin cepat-cepat pulang. Ketua kelas memberikan nasihat agar kami jangan telalu berlebihan dalam hal apapun. Kami harus menghormati apa yang sedang mereka lakukan apalagi kami hanya pendatang.

TULISANKU>>> Lalai

Pagi-pagi ibuku akan pergi berbelanja karena dagangannya sudah habis dan ayah akan mengantarkan ibu sebentar. Setelah pulang dari mengantarkan ibu, ayah akan pergi ke sawah. Ayah berpesan kepada kami agar kami menjaga rumah, menjaga adik yang masih kecil dan kami tidak boleh keluar rumah. Di rumah hanya ada aku, Fatah kakakku dan Aziz adikku. Kami bertiga akhirnya tetap di rumah dan tidak keluar rumah sambil menonton TV. 
Ketika hari sudah semakin siang, ayah pulang dari sawah. Dan ayah bermaksud akan menjemput ibu. Akhirnya ayah pergi dengan memakai sepeda. Ketika ayah pergi tanpa disadari adik mengikuti di belakangnya. Sedangkan kami berdua keasyikan dengan menonton TV sampai-sampai tidak tahu kalau adik tidak bersama kami. Kemudian ayah pulang dengan membawa belanjaan sedangkan ibu masih berada di pinggir jalan raya menunggu ayah menjemput lagi. Ketika ayah sampai di rumah, ayah merasa ada yang kurang. Tidak ada suara Aziz yang biasanya setiap ayah pulang selalu menghampirinya. Ayah merasa kaget karena Aziz tidak ada di rumah. 
“Fat, di mana adikmu? Kok, Aziz tidak ada? Aziz pergi ke mana?” tanya Ayah. Kami berdua terdiam. Tak bicara sedikitpun. Kami menengok ke kanan dan kiri barang kali Aziz masih di sekitar rumah. “Kami tidak tahu, Yah! Tadi sih Aziz bersama kami menonton TV. Tapi kok kagak ada Aziz?,” jawab kami. “Ya sudah sekarang cari Aziz sampai ketemu! Dia kan masih kecil. Seharusnya tadi kalian tanya dia mau pergi ke mana. Sekarang ayah mau menjemput ibu. Kalian harus menemukan adik,” tegas Ayah. Setelah ayah pergi, kami mencari Aziz ke mana-mana, di belakang rumah, di rumah nenek, tapi tidak ketemu juga. Kami takut kalau Aziz tidak sampai ditemukan, kami pasti akan dimarahi oleh ayah. Dan ayah tidak akan percaya lagi terhadap kami. Belum sampai setengah perjalanan menjemput ibu, ayah melihat adik sudah nerada dalam gandengan ibu. Sesampainya di rumah ayah marah sekali kepada kami. 
 “Apa yang kalian lakukan seharian ini? Nonton TV terus. Sampai-sampai lupa kalau kalian mempunyai adik yang masih kecil yang perlu kalian jaga. Coba kalian bayangkan, seandainya tadi adik sewaktu mengikuti ayah terjadi apa-apa bgimana?” bentak Ayah. 
“Maafkan kami, ayah! Kami tidak menyadari kalau Aziz tidak berada di rumah. Kami telah lalai dalam menjaga adik. Kami berjanji tidak kan mengulanginy lagi,” jawab kami. 
“Ayah memaafkan kalian. Kalian harus ingat, amanat itu sangat penting. Sebuah amanat harus dijaga dengan baik. Jangan mengulanginya lagi!” tegasnya. 
Akhirnya kami sadar bahwa perbuatan kami salah. Kami tidak menjaga amanat dengan baik. Kami tidak akan pernah lagi melanggar amanat yang diberikan kepada kami apalagi itu adalah amanat dari orang tua.
Dan akhirnya ketika semuanya sudah berkumpul, kami semua menikmati oleh-oleh yang dibawakan oleh ibu. 

By: DUROTUL MUNTAFIAH