Sabtu, 30 Oktober 2021

Normalisasi

Seperti kembali dimana sebuah mutiara itu berasal yaitu di bawah di dasar lautan.

Sendiri, tenang, dan hanya mendengar suara gelombang.

Dalam kesendirian, terlalu banyak perenungan yang hanya sebagai perenungan.

Seperti sia-sia belaka. Hanya bentuk kesedihan dan penyesalan terhadap diri sendiri.

Jauh dari kehidupan yang pernah dilalui, ini merupakan kehidupan yang cukup membuatku sering merasa sendiri.

Sepi, begitu lah perasaan dan keadaannya.

Tidak banyak hal yang berubah dari rutinitas yang selalu dilakukan sendiri.

Hanya ingin terlihat bahwa aku cukup kuat dan baik-baik saja. Segala hal cukup sendiri.

Tidak ada yang berubah sedikitpun.

Karena dari sejak awalpun, aku membangun diriku atas diriku sendiri.

Setidaknya, tidak terlalu berlebihan dalam meminta bantuan orang lain.

Cukup, orang lain hanya perlu melihatku baik-baik saja.

Jiwa dan raga ini sebenarnya sangat rapuh sekali. Seringkali menangis dalam kesunyian. Dan membuat sangat sesak sekali.

Mengingat, seringkali tiba tiba sakit kepala, sakit mata, capek dan di saat itu sadar bahwa aku jauh-jauh dari siapa siapa. Aku tidak begitu dekat dengan siapa-siapa. Rasanya tak pantas, untuk menambah kehidupanku di kehidupan orang lain.

Hanya ada isak tangis yang tersisa, sampai lelah dan akhirnya tertidur.

Alloh sudah memberikan jalan ini, memang yang terbaik.

Rasanya, aku belum mampu mengambil hikmah-hikmah yang ada.

Aku yang masih terlalu egois dan menutup diri.

Ku kembalikan semuanya kepada Engkau.



0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
Semoga bermanfaat.